Assalamualaikum semua,
Bimbinglah diri ini yang mendambakan cintaMU, aku yang lemah malah jahil tanpa pimpinan dariMU.Hanya KAU Yang Maha Pengasih Maha Penyayang kepada hamba-hambaMU. Selangkah aku kepadaMU, seribu langkah KAU padaku...
Sunday, November 30, 2008
NEXT ELECTION AT KUALA TERENGGANU PARLIAMENT
Assalamualaikum semua,
Sunday, November 23, 2008
SAUDARA BARU
Sabtu, 22 November 2008 20:13
Manama, NU Online
Sebelum memutuskan beralih memeluk Islam, Michael Jackson ternyata telah beramal dan memberikan sumbangsih untuk dunia Islam. Dia memberikan sumbangan tak sedikit untuk pembangunan sebuah mesjid di Manama, Bahrain.Mesjid tersebut dibangun dengan keindahan seni yang luar biasa. Mesjid itu terletak di dekat rumah Jackson yang mewah di ibukota Bahrain itu.“Mesjid itu didesain sekaligus sebagai tempat belajar prinsip dan pelajaran Islam. Juga dibangun tempat belajar bahasa Inggris. Guru-guru dengan standar tinggi didatangkan dari Amerika Serikat di bawah supervisinya,” ujar juru bicara panitia pembangunan mesjid itu.
Pada awalnya, Jackson melakukan hal tersebut sebagai bentuk apresiasinya terhadap masyarakat Bahrain. Masyarakat setempat menyambutnya dengan baik dan memperlakukannya seakan-akan dia adalah warga negara Bahrain.Michael Jackson, sebagaimana dilaporkan, beralih keyakinan dari seorang Kristen menjadi Islam. Dia dikabarkan telah mengucapkan kalimat syahadat di rumah seorang karibnya di Los Angeles. Dia pun terlihat menggunakan baju tradisional wanita Arab bersama salah seorang anak angkatnya.
Mikhail, begitu namanya setelah memeluk Islam, bukanlah orang pertama di keluarga besar Jackson yang berpindah agama menjadi muslim. Sebelumnya, kakaknya, Jermaine Jackson yang sudah tinggal di Bahrain, juga memeluk Islam.Jermaine pula yang mengisyaratkan, bahwa Jackson telah mempertimbangkan untuk mengganti keyakinannya memeluk agama Islam. "Ketika saya kembali dari Mekah, saya membawa banyak buku untuknya. Dia (Michael) juga bertanya banyak hal tentang agama dan saya mengatakan bahwa Islam penuh kedamaian dan sangat indah," kata Jermaine yang menjadi muslim sejak 1989.
"Dia membaca segala hal dan dia bangga kepada saya bahwa saya telah menemukan sesuatu yang membuat kekuatan hati dan kedamaian. Dia dapat melakukan banyak hal, seperti yang saya coba lakukan. Michael, saya dan Allah, kami bisa melakukan banyak hal," paparnya. (inl)
narumihayashida: Bila ALLAH kata 'Jadi!' maka jadilah...
KISAH TELUR
Cuba lihat dalam dunia ni bila orang buat charity drive menggunakan hasil2 seni,hasilnya beribu ringgit dapat diperolehi..Cumanya memanglah charity drive tu banyaknya tak menguntungkan Islam dan dakwah tapi adakalanya ada juga sumbangannya tu utk hospital2 dan badan kebajikan.sekurangnya ada org yg dapat manfaat.Banyak lagi manfaat yg boleh difikirkan.Persoalannya adakah kita mampu memikirkannya atau hanya sekadar komen sahaja?? Cabaran yg bole kita fikirkan ialah adakah kita mampu untuk melakukan charity drive begitu untuk tujuan Islam dan dakwah?
Tuesday, November 18, 2008
Sunday, November 16, 2008
PERNIAGAAN MUSLIM DIANCAM
Pengarah Urusan HPA, Ismail Ahmad, berkata kegiatan itu memberi kesan negatif sekali gus menyebabkan kejatuhan jualan kopi Radix sebagai minuman berherba yang cukup popular di negara ini.“Sekiranya pengedaran kopi palsu itu dibiarkan akan menyebabkan orang ramai menjauhi kopi Radix asli,” katanya dalam satu kenyataan dikeluarkan di sini, semalam. Sebelum ini, kopi Radix asli dalam bentuk papan dijual kepada ahli HPA dengan harga RM16 berbanding kopi Radix palsu yang dijual harga RM14 dengan menggunakan teknik imbasan cukup tinggi menciplak papan dan sachet minuman kopi Radix asli.
Saturday, November 15, 2008
PESAN IMAM AL-GHAZALI
SENYUM SYUHADA
Tiada kata yang terucap melainkan kalimat takbir, Allahu Akbar, atas kondisi jenasah ketiga syuhada Bali. Betapa tidak, ketiga syuhada tersebut sangat jelas menampakkan tanda-tanda sebagai syahid seperti yang biasa ditemui di kancah peperangan, meski mereka 'tidak sedang berperang' melawan musuh Islam.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya Kantor Berita Islam Muslimdaily.net mendapat ijin dari pihak keluarga, yang diwakili oleh Bp. Ali Fauzi, untuk mempublikasikan photo dua mujahid Bali yakni Amrozi dan Ust. Mukhlas. Bp Ali Fauzi berpesan agar photo ini disebarluaskan untuk memberikan bukti nyata atas misteri dan polemik yang terjadi ke atas Mujahid Bali, terutama Syuhada Tenggulun, terkait status mereka, apakah mati syahid atau tidak. Disamping itu memberikan hikmah nyata kepada seluruh kaum Muslimin bahwa perjuangan Islam yang mereka lakukan benar-benar ikhlas untuk tingginya kalimat Allah, dan bukan sekedar untuk aksi pamer.
Sebagaimana syuhada yang gugur dalam medan jihad, photo kedua syuhada Tenggulun terlihat tersenyum dengan barisan gigi yang terlihat rapi. Apalagi yang terjadi dengan Amrozi. Senyuman khas "The Smiling Bomber" yang seiring dengan kedua mata yang terbuka, terlihat seakan-akan bertemu dengan sesuatu yang membuat kagum. Mungkin sepasang bidadari yang menyambut ramah.
Kondisi tak jauh berbeda terjadi dengan jenasah Ust. Mukhlas. Ulama yang jago berorasi ini memperlihatkan senyuman dengan mata yang juga terbuka. Wajah bersih pun menjadi pertanda yang lain. Wajah bersih yang juga dimiliki oleh sang "Mujahid Hacker," Imam Samudera alias Abdul Azis. Imam memperlihatkan wajah tampan dan bersih, persis dengan kondisi Ust. Mukhlas.
Disamping analisis photo ketiga Mujahid Bali tersebut, keterangan dari lapangan makin memperkuat bukti bahwa ketiga pelaku aksi jihad tersebut adalah para Mujahidin, mereka telah memiliki niat yang tulus dan menemui kematian sebagai seorang syuhada. Berikut adalah bukti dan persaksian dari lapangan.
- Salah satu pelayat yang kebetulan ikut hadir di kediaman Hj. Tariyem adalah Ust. Abdul Rachim Ba'asyir. Menyaksikan bahwa ketika keranda jenasah masuk dan kain penutup keranda dibuka, sontak tercium bau wangi yang menyebar ke seluruh ruangan. Kejadian ini sempat membuat keheranan para pelayat, karena didalam ruangan yang sempit tersebut udara sangat pengap dan pengunjung berjubel dalam satu ruangan. Bila merupakan wangi dari minyak wangi, tak akan mampu mengalahkan bau badan para pengunjung dan tidak akan dapat memberikan aroma dengan kadar wangi yang sama." Allahu Akbar. Itu bukan bau minyak wangi. Bukan. Tapi bau wangi dari asy syahid," kata beliau.
- Selain itu, masih menurut Ust, Abdul Rachim, ketika kain penutup wajah dari Ust. Mukhlas di buka, terlihat jelas bulir-bulir keringat menempel di bagian muka. Kondisi yang sama yang terjadi dengan mereka yang masih hidup dan dalam kondisi kegerahan. Seakan Ust. Mukhlas merasakan kegerahan yang sama yang dengan kegerahan yang dialami oleh para pelayat beliau.
- Sebagaimana dilansir oleh beberapa media nasional, seperti detik.com, nampak jelas terlihat fenomena datangnya tiga burung hitam di atas kediaman syuhada. Ketiga burung ini jelas bukan burung Gagak seperti yang banyak diberitakan di media, karena memiliki leher yang panjang. Mereka datang begitu saja berputar-putar selama kurang lebih tujuh menit, dan kemudian pergi berpencar. Dua burung hitam terbang ke arah Timur, mereka merepresentasikan diterimanya amalan jihad Ust Mukhlas dan Amrozi, dan satu burung hitam terbang ke Barat, sebagai pertanda syahid atas diri 'Mujahid Hacker' Imam Samudera. Fenomena datangnya burung hitam ini sempat membuat suasana haru dengan teriakan takbir para pelayat.
- Seperti penuturan adik kandung Imam Samudera, Lulu Jamaludin, kakaknya menampakkan keanehan ketika akan dimasukkan dalam liang lahat. Bau wangi juga tercium dari jenasah Imam. Selain itu luka bekas tembakan peluru tajam terus menerus mengalirkan darah segar. Aliran darah ini keluar seperti yang terjadi dengan seseorang yang masih hidup ketika terluka. Masih menurut Lulu juga, wajah kakaknya lebih bersih dan tampan dari biasanya.
- Kabar terakhir baru saja diterima oleh salah satu kru muslimdaily.net. Beberapa hari yang lalu, tepatnya tiga hari setelah pemakaman Amrozi dan Ust. Mukhlas, keluarga Hj. Tariyem meminta beberapa orang untuk menjaga makam. Hal ini dilakukan untuk menghindari dan menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Beberapa diantara mereka yang ikut jaga adalah Sumarno, Baror, Rosyidin, Mashudi dan beberapa santri pondok Al Islam Tenggulun Lamongan. Mereka mengatakan mencium bau wangi keluar dari dalam kubur (makam). Bau wangi yang sama saat mereka pertama kali membuka kain penutup jenasah syuhada. Namun, bau wangi ini bukan seperti bau dari minyak wangi yang biasa mereka pakai atau dipakai oleh orang kebanyakan.
Jelas sudah keterangan yang diberikan Allah s.w.t. lewat kebesaran-Nya. Meski banyak pihak yang membantah, memberikan suara sumbang, dan menggalang opini massa untuk memojokkan status para Mujahid Bali, serta membuat makar melalui kaki tangan aparat pemerintah, namun Allah berkehendak lain. Dan siapakah sebaik-baik pembuat makar ? (far/MD)
http://www.muslimdaily.net/2231/Misteri-Tanda-Syahid-Amrozi-Cs-Terkuak.html
Tuesday, November 11, 2008
PEMBINAAN PERIBADI PEMIMPIN DAN AHLI DI ERA KEMENANGAN
Muraqabah dengan Allah SWT
Semua di kalangan anggota parti mesti melakukan muraqabah dengan Allah, melalui amalan-amalan sunat, beruzlah (mengambil sedikit masa untuk tumpuan ibadah) dari kesibukan dunia untuk mendapat ketenangan dan memohon supaya Allah memberi kekuatan dalam menjalankan amanah. Inilah senjata yang paling utuh perlu diterap dalam jiwa para ahli terutama di kalangan pimpinan.
Caranya:
-Membanyakkan amalan fardiah supaya dapat membersihkan diri dan jiwa dengan membaca al-Quran, berzikir, solat sunat, puasa dan amalan-amalan yang boleh menjadi nilai tambah kepada kita. Godaan syaitan dan iblis cukup kuat untuk merosakkan perjuangan ketika kita menang.
-Muhasabah diri sendiri supaya dapat membuat penentuan hidup. Kata-kata Saidina Umar RA
Qudwah hasanah
Suri contoh teladan yang baik adalah senjata yang paling berkesan untuk mengajak orang kepada perjuangan dan menyakinkan apa yang kita bawa. Kerana manusia lebih terpengaruh dengan bahasa perbuatan daripada bahasa lidah.
Kisah seorang Yahudi bernama Zaid bin Saanah memiliki hutang pada Rasulullah SAW dua atau tiga hari sebelum sampai tempoh pembayarannya, beliau dan beberapa sahabatnya bertindak dengan kasar dan caci nista untuk meminta hutang. Saidina Umar yang ada pada waktu itu hendak pancung si lelaki tersebut. Baginda SAW melarang sebaliknya menyuruh Saidina Umar menjelaskan hutang dan di tambah 20 gantang tamar. Maka yahudi itu hairan, dan bertanya kenapa? maka Saidina Umar memberi tahu sebagai ganti kepada perbuatanku yang telah menggerunkan engkau. Akhirnya Yahudi tersebut memeluk Islam dan sebahagian hartanya disedekah kepada umat Muhammad SAW.
Kita pernah dengar bagaimana seorang masuk Pas kerana melihat al-Marhum Ustaz Fadhil Nor sebagai Presiden Pas berbaris dengan orang ramai walaupun ada orang menjemput beliau memotong giliran.Bagaimana orang hendak ikut kita sedangkan kita sendiri lemah yang tidak memaparkan akhlak yang tinggi. Kita tidak mahu orang menjauhi kerana tidak ada suri teladan yang baik, dengan ini mendatangkan rugi kepada jama’ah. Watak ini jangan ada seperti kita mengajak orang lain berjihad sedangkan ia tidak. Mengajak orang lain berkorban sedangkan beliau sendiri bakhil. Jika kita mahu mengajak orang lain mengutamakan orang lain maka kita perlu tunjukkan dahulu sebelum menyuruh orang lain. Mengajak anak orang, isteri orang lain untuk berjuang sedangkan keluarganya mendiamkan diri di rumah dan tidak memberi galakan kepada mereka untuk mempertahankan kemenangan.
Firman Allah SWT “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan ) kebaikan sedangkan kamu melupakan diri kamu padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berfikir?” (al-Baqarah: 44)
Caranya: -Banyak mengambil iktibar daripada akhlak Rasulullah SAW dan para sahabat sewaktu menang
-Banyak membaca kisah nabi-nabi SAW, para sahabat dan ulama’ serta pejuang-pejuang Islam di seluruh dunia kerana ini akan memberi motivasi kepada jiwa kita untuk meniru mereka.-Jangan menunjuk lambang kemewahan, kerana orang benci terutama pengikut dan petugas kita di peringkat bawah. Kita bimbang jika jama’ah memerlukan wang kita tidak boleh beri wang sedangkan mereka melihat kita bergaya dengan kemewahan. Semua ini akan menghakis thiqah pengikut dan orang awam kepada kemenangan kita. Maka mereka menuduh kemenangan kita tidak mempunyai erti kepada perjuangan Islam. Bukan mustahil semangat mereka untuk bekerja kearah untuk mengekalkan kemenangan akan luntur.
Kita tidak bimbang musuh benci kepada Pas, yang paling kita takut ialah apabila petugas marah dan tidak bekerja untuk mengekalkan kemenangan dalam PRU akan datang.-Banyak muhasabah diri dan merasakan kelemahan yang terlalu banyak pada diri dan berusaha untuk meningkat.-Bersedia untuk menerima teguran, kerana kelemahan sendiri agak sukar untuk melihat dengan ini kita memerlukan orang lain yang memerhatikannya.
-Kena suruh anak dan isteri kita bertungkus lumus bersama dengan perjuangan untuk memasti kemenangan dikekalkan dengan ini mendorong petugas bertambah semangat untuk bekerja seperti baginda SAW bersama menggali parit ketika berlaku peperangan Ahzab dalam bulan syawal tahun 5 hijrah. Walaupun sahabat suruh baginda berehat, namun baginda tidak mahu berbuat demikian semata-mata untuk memberi semangat kepada sahabat yang lain dalam mempertahankan kota Madinah.
-Aurat anak isteri mesti dijaga, kerana ini adalah penilaian awal masyarakat kepada perjuangan kita. Memelihara aurat adalah lambang yang membezakan kita dengan perjuangan orang lain. Pakaian adalah tanggapan awal untuk orang thiqah dengan perjuangan yang kita bawa. Masyarakat akan tawar hati apabila ia melihat ketika berdegar-degar bercakap tentang Islam dan menyeru kepada perjuangan Islam, sedangkan anak isteri punya pakaian tidak melambangkan apa yang diucap.
Oleh: Ustaz Haji Idris bin Haji Ahmad
Penulis adalah AJK PAS Pusat
Sumber : Tranungkite
Monday, November 10, 2008
Something About Dr Abdullah Azzam
Early life in the West Bank
Abdullah Yusuf Azzam was born in 1941 in the village of As-ba'ah Al-Hartiyeh (Seilat al-Harithia village), a few kilometers northwest of the city of Jenin, in the Jenin Sanjak (District), then administered as the British Mandate of Palestine.
After completing his elementary and secondary school education in his home village, he studied agriculture at Khadorri College near Tulkarm. After college graduation, Sheikh Azzam worked as a teacher in the south Jordanian village of Adder. He subsequently joined Sharia College at the University of Damascus where he obtained a B.A. in Sharia in 1966. After the 1967 Six-Day War ended in Israeli military occupation of the West Bank, Azzam left the West Bank and followed the Palestinian exodus to Jordan, where he joined the Palestinian Muslim Brotherhood.
His father, Mustafa Azzam, died in 1990. His mother was Zakia Saleh who died in 1988, one year before the Sheikh was killed. She was buried in the Pabi camp, in Peshawar, Pakistan, where Abdullah Azzam was later assassinated in a car bombing.
Life in Jordan and Egypt
In Jordan, Azzam participated in paramilitary operations against the Israeli occupation but became disillusioned with the secular and provincial nature of the Palestinian resistance coalition held together under the umbrella of the Palestine Liberation Organization (PLO) and led by Yasser Arafat. Instead of pursuing the PLO’s Marxist-oriented national liberation struggle supported by the Soviet Union, Azzam envisioned a pan-Islamic trans-national movement that would transcend the political map of the Middle East drawn by non-Islamic colonial powers. [5] He is believed to have had a role in founding the Islamist Hamas movement in Palestine.[6]
Azzam then went to Egypt to continue Islamic studies at Cairo’s Al-Azhar University where he earned a Master’s degree in Sharia. He returned to teach at the University of Jordan in Amman, but in 1970, the Jordanian military expelled PLO militants from Jordan during what became known as Black September, thereby preventing the use of Jordanian territory for anti-Israeli and anti-western attacks. In 1971, Azzam received a scholarship to once again attend Al-Azhar University where he obtained his Ph.D. in the Principles of Islamic Jurisprudence (Usool ul-Fiqh) in 1973.
During theological studies in Egypt, Azzam met Omar Abdel-Rahman, Dr. Ayman al-Zawahiri and other followers of Sayyed Qutb, an extremely influential leader of the Egyptian Muslim Brotherhood, who had been executed by President Gamal Abdel Nasser in 1966. Azzam adopted elements of Sayyed Qutb’s ideology, including beliefs in an inevitable “clash of civilizations” between the Islamic world and non-Islamic world, and in the necessity of violent revolution against secular governments to establish an Islamic state.
Life in Saudi Arabia
After obtaining his Doctorate in Egypt in 1973, Azzam returned to teach at the University of Jordan, but his radical views were suppressed there. So Azzam then moved to Saudi Arabia. Since the 1960s, King Faisal of Saudi Arabia had welcomed exiled teachers from Syria, Egypt, and Jordan, so that by the early 1970s it was common to find many Saudi high school and university teachers who had become involved with exiled dissident members of the Muslim Brotherhood.
As one of those Jordanian dissidents in the early 1970s, Azzam took a position as lecturer at King Abdul Aziz University in Jeddah, Saudi Arabia, where he remained until 1979. Osama bin Laden had grown up in Jeddah, and was enrolled as a student in the university there between 1976 and 1981 and he probably first made contact with Azzam at that time. [7]
Life in Pakistan and Afghanistan
1979 became a pivotal year for Islamic fundamentalism, with three huge revolutionary events in the Muslim world. First, on January 16, 1979 the Iranian Revolution began with the forced exile of the Shah, Mohammad Reza Pahlavi, which then brought about the world's first modern Muslim theocracy under the rule of Ayatollah Ruhollah Khomeini.
The second major attempt at Islamic revolution that year was the November 20, 1979 Grand Mosque Seizure at Mecca, in western Saudi Arabia, the holiest site in Islam. The hostage-taking, two week siege, and bloody ending shocked the Muslim world, as hundreds were killed in the ensuing battles and executions. The event was explained as a fundamentalist dissident revolt against the Saudi regime. The Saudi regime responded with repression, and in 1979, Azzam was expelled from the university at Jeddah. He then moved to Pakistan to be close to the nascent Afghan Jihad.
In the third major event of the year, on December 25, 1979 the Soviet Union, attempting to suppress a growing Islamic rebellion, deployed the 40th Army into Afghanistan, in support of advisors it already had in place there.
Support for Afghan mujahideen
When the Soviet Union invaded Afghanistan in 1979, Azzam issued a fatwa, Defense of the Muslim Lands, the First Obligation after Faith [8] declaring that both the Afghan and Palestinian struggles were jihads in which killing occupiers of your land (no matter what their faith) was fard ayn (a personal obligation) for all Muslims. The edict was supported by Saudi Arabia's Grand Mufti (highest religious scholar), Abd al-Aziz Bin Bazz.
In Pakistan in 1980, Azzam began to teach at International Islamic University in Islamabad. Soon thereafter, he moved from Islamabad to Peshawar, closer to the Afghan border, where he then established Maktab al-Khadamat (Services Office) to organize guest houses in Peshawar and paramilitary training camps in Afghanistan to prepare international recruits for the Afghan war front.
Peshawar is a major border city of a million people in the North-West Frontier Province of Pakistan. From there, Azzam was able to organize resistance directly on the Afghan frontier. Peshawar is only 15 km east of the historic Khyber Pass, through the Safed Koh mountains, connected to the southeastern edge of the Hindu Kush range. This route became the major avenue of inserting foreign fighters and material support into into eastern Afghanistan for the resistance against the Soviets, and also in later years.
After Osama bin Laden graduated from the university in Jeddah in 1981, he also came to live for a time in Peshawar, "Azam prevailed on him to come and use his money" for training recruits, according to Rahimullah Yusufzai, executive editor of the English-language daily The News International. [9]
Through al-Khadamat, bin Laden's fortune paid for air tickets and accommodation, dealt with paperwork with Pakistani authorities and provided other such services for the jihad fighters. To keep al Khadamat running, bin Laden set up a network of couriers travelling between Afghanistan and Peshawar, which continued to remain active after 2001, according to Yusufzai.
After orientation and training, Muslim recruits volunteered for service with various Afghan militias tied to Azzam. In 1984, Osama bin Laden founded Bait ul-Ansar (House of Helpers) in Peshawar to expand Azzam’s ability to support “Afghan Arab” jihad volunteers and, later, to create his own independent militia.
In 1998, Azzam convinced Ahmed Said Khadr to fundraise for an alleged new charity named al-Tahaddi based in Peshawar. He granted Khadr a letter of commendation to take back to Canadian mosques, calling for donations. However, the pair had a sensationalist show-down when Khadr insisted that he had a right to know how the money would be spent, and Azzam's supporters labelled Khadr a Western spy. A Sharia court was convened in bin Laden's compound, and Azzam was found guilty of spreading allegations against Khadr, though no sentence was imposed.[10]
Employing tactics of asymmetric warfare, the Afghan resistance movement was able to fend off the Soviet Union’s superior military forces throughout most of the war, although the lightly armed Afghan mujahideen suffered enormous casualties. The Saudi Arabian government and the U.S. Central Intelligence Agency (CIA) gradually increased financial and military assistance to the Afghan mujahideen forces throughout the 1980s in an effort to stem Soviet expansionism and to destabilize the Soviet Union.
Azzam frequently joined Afghan militias and international Muslim units as they battled the Soviet Union’s forces in Afghanistan. He sought to unify elements of the resistance by resolving conflicts between mujahideen commanders and he became an inspirational figure among the Afghan resistance and freedom-fighting Muslims worldwide for his passionate attachment to jihad against foreign occupation.
In the 1980s, Azzam traveled throughout the Middle East, Europe and North America, including 50 cities in the United States, to raise money and preach about jihad. He inspired young muslims with stories of miraculous deeds, mujahideen who defeated vast columns of Soviet troops virtually single-handed, who had been run over by tanks but survived, who were shot but unscathed by bullets. Angels were witnessed riding into battle on horseback, and falling bombs were intercepted by birds, which raced ahead of the jets to form a protective canopy over the warriors. [11] Critics complain these stories proliferated because Sheikh Abdullah paid mujahids to bring "him wonderful tales."[12]
Global Jihad
Azzam's trademark slogan was "Jihad and the rifle alone: no negotiations, no conferences and no dialogues." In Join the Caravan, Azzam implored Muslims to rally in defense of Muslim victims of aggression, to restore Muslim lands from foreign domination, and to uphold the Muslim faith. [13]
Sheikh Azzam built a scholarly, ideological and practical paramilitary infrastructure for the globalization of Islamist movements that had previously focused on separate national, revolutionary and liberation struggles. Sheikh Azzam’s philosophical rationalization of global jihad and practical approach to recruitment and training of Muslim militants from around the world blossomed during the Afghan war against Soviet occupation and proved crucial[citation needed] to the subsequent development of the al-Qaida militant movement.
Like earlier influential Islamist Sayyid Qutb, Azzam urged the creation of `pioneering vanguard`, as the core of a new Islamic society. `This vanguard constitutes the solid base` [qaeda in Arabic] for the hoped-for society .... We shall continue the jihad no matter how long the way, until the last breath and the last beat of the pulse - or until we see the Islamic state established.'[14] From its victory in Afghanistan jihad would liberate Muslim land (or formerly Muslim land in the case of Spain) ruled by unbelievers: the southern Soviet Republics of Central Asia, Bosnia, the Philippines, Kashmir, Somalia, Eritrea, and Spain. He believed the natural place to continue the jihad was his birthplace, Palestine. Azzam planned to train brigades of Hamas fighters in Afghanistan, who would then return to carry on the battle against Israel." [15]
This put him at odds with another influential faction of the Afghan Arabs the Egyptian Islamic Jihad (EIJ) and it leader, Ayman al-Zawahiri. The next group of "unbelievers" the EIJ wanted to jihad against were not Israeli Jews, European Christians or Indian Hindus, but self-professed Muslims of the Egyptian government and other secular Muslim governments. For the Egyptian Islamic Jihad, takfir against the allegedly impious Egyptian government was central,[16] but Azzam opposed takfir of Muslims - including takfir of Muslim governments - which he believed spread fitna and disunity within the Muslim community.
Assassination
In 1989, a first attempt on his life failed, when a lethal amount of TNT explosive was placed beneath the pulpit from which he delivered the sermon every Friday. The Arab mosque was in the University Town neighbourhood in western Peshawar, in Gulshan Iqbal Road. Abdullah Azzam used the mosque as the jihad center, according to a Reuters inquiry in the neighborhood. Had the bomb exploded, reportedly it would have destroyed the mosque, and killed everybody in it. [17]
But then on November 24, 1989, Azzam and his two sons, Ibrahim and Muhammad, among others, were killed outside the mosque, while on their way to Friday prayers in Peshawar, when unknown assassins detonated three land mines as Sheik Azzam’s vehicle approached. Among the dead was one of the sons of the late Sheikh Tameem Adnani. The explosive that time consisted of an estimated 20 kg of TNT. Sheikh Abdullah Azzam and his sons were buried near the same site as his mother the year before, the Pabi Graveyard of the Shuhadaa' (martyrs), in Peshawar.
By this time the Soviet Union had withdrawn all troops from Afghanistan. Suspects in the assassination include competing Afghan militia leaders, Pakistani Interservices Intelligence Agency, the CIA, and the Israeli Mossad. [18]
Azzam's son-in-law, Abdallah Anas, accused the EIJ of killing his father-in-law on the grounds that it "considered Sheikh Abdullah Azzam to be a rogue who had strayed from the right path of the faith ... Sheikh Abdullah Azzam was murdered because he had issued a fatwa in which he stated that once the Russians were ejected from Afghanistan, it would not be permissible for us to take sides." [19][20] Fawaz Gerges also believes it is likely that Ayman al-Zawahiri orchestrated the assassination,{cn} in doing so he hoped to become Al-Qaeda's number two.
Others suspect the killing was part of a purge of those who favored moving the jihad to Palestine. In March 1991, Mustapha Shalabi, who ran the Maktab al-Khidmat, the Services Bureau in New York and was also "said to prefer a `Palestine next` strategy, turned up dead in his apartment." He was replaced by Wadih el-Hage, who later became bin Laden's personal secretary. [21] Osama bin Laden has also been accused of being a suspect in the murder, but seems to have remained on good terms with Sheikh Azzam during this time. [22] Yet another actor accused of the hit is Iranian intelligence,[23] an active adversary of Wahhabi/Salafi jihadis.
Legacy
After his death, Azzam’s militant ideology and related paramilitary manuals were promoted through print and Internet media by Azzam Publications, which described itself as "an independent media organisation providing authentic news and information about Jihad and the Foreign Mujahideen everywhere." The publishing house operated from a London post office box (Azzam Publications — BMC UHUD, LONDON, WC1N 3XX) and an Internet site, www.azzam.com, that were shut down shortly after the September 11, 2001 attacks and are no longer active, though mirror sites persisted for some time afterwards. Babar Ahmad, the alleged administrator of azzam.com, is awaiting extradition from Great Britain to the USA.
In terms of ideas, Azzam’s belief in jihad - 'one hour in the path of jihad is worth more than 70 years of praying at home' - has had considerable impact. Azzam is thought to had influence on jihadists such as al-Qaeda with the third stage of his "four-stage process of jihad". This third stage was "ribat," defined as "placing oneself at the frontlines where Islam was under siege". This idea is thought to reinforce militants "perception of a civilizational war between Islam and the West".[24]
Quotes
- "Muslims cannot be defeated by others. We Muslims are not defeated by our enemies, but instead, we are defeated by our own selves."[citation needed]
- "Jihad and rifle alone. No negotiations. No conferences and No Dialogue"[citation needed]
- "Every Moslem on earth should unsheathe his sword and fight to liberate Palestine. The Jihad is not limited to Afghanistan. Jihad means fighting. You must fight in any place you can get. Whenever Jihad is mentioned in the Holy Book, it means the obligation to fight."
- "History does not write its lines except with blood. Glory does not build its loft edifice except with skulls; Honour and respect cannot be established except on a foundation of cripples and corpses"
Written works
- Defense of the Muslim Lands: The First Obligation after Faith, 1979
- Join the Caravan, 1987
- The Lofty Mountain (A biographical book on the life of Sheikh Tameem Adnani, a scholar of the Afghan Jihad. It contains a unique, descriptive, first-hand account of the famous Lion's Den Operation in Jaji, Afghanistan, in 1987 whereby 50 Mujahideen held off a month-long assault by several battalions of Soviet and Communist soldiers.)
- The Signs of Ar-Rahman in the Jihad of the Afghan (A fully checked and revised version of a book listing over a hundred eyewitness alleged accounts of miracles experienced by the Mujahideen in the Soviet-Afghan Jihad, from perfumed bodies of martyrs to accounts of angels helping the Mujahideen, and other claims..)
- Lovers of the Paradise Maidens (Lovers of the Paradise Maidens contains the biographies and stories of over 150 Mujahideen who died in the Soviet-Afghan Jihad.)
See also
- Azzam the American
- Hasan al-Banna
- Javed Ahmed Ghamidi
- Khurshid Ahmad
- Mohammad Amin al-Husayni
- Osama bin Laden
- Sayyid Abul Ala Maududi
- Sayyid Qutb
- Yusuf al-Qaradawi
References
- ^ BBC News: Bin Laden biography, Tuesday, November 20, 2001
- ^ Kepel, Gilles, Jihad, Harvard University Press, (2002), p.145
- ^ Wright, Lawrence, Looming Tower: Al Qaeda and the Road to 9/11, by Lawrence Wright, NY, Knopf, 2006
- ^ Allen, Charles God's Terrorist, (2006) p.285,286
- ^ Defence of the Muslim Lands; The First Obligation After Iman; Biography of Abdullah Azzam and Introduction, by Sheikh Abdullah Azzam (Shaheed), English translation work done by Brothers in Ribatt
- ^ Abdullah Azzam, 'The Godfather of Jihad'
- ^ Letter From Jedda, Young Osama, How he learned radicalism, and may have seen America, by Steve Coll, The New Yorker Fact, Issue of 2005-12-12, Posted 2005-12-05
- ^ Defence of the Muslim Lands; The First Obligation After Iman, by Sheikh Abdullah Azzam (Shaheed), English translation work done by Brothers in Ribatt
- ^ Rahimullah Yusufzai, executive editor of the English-language daily The News International, in a statement to Reuters in Peshawar on December 29, 2001. Yusufzai met bin Laden twice in Afghanistan in 1998.
- ^ Michelle Shephard, "Guantanamo's Child", 2008.
- ^ examples can be found in "The Signs of ar-Rahmaan in the Jihad of the Afghan,` www.Islamicawakening.com/viewarticle.php?articleID=877& accessed 2006 and Abdullah YusufAzzam,"Abul-Mundhir ash-Shareef," www.islamicawakening.com/viewarticle.php?articleID=30& accessed 2006
- ^ Mohammed Loay Baizid in interview, from Wright, Lawrence, Looming Tower: Al Qaeda and the Road to 9/11, by Lawrence Wright, NY, Knopf, 2006, p.106
- ^ Join the Caravan, by Imam Abdullah Azzam, Downloaded from the website www.al-haqq.org in December 2001
- ^ "The Solid Base" (Al-Qaeda), Al-Jihad (journal), April 1988, n.41
- ^ Wright, Lawrence, Looming Tower: Al Qaeda and the Road to 9/11, by Lawrence Wright, NY, Knopf, 2006, p.130
- ^ Sageman, Marc, Understanding Terror Networks by Marc Sageman, University of Pennsylvania Press, 2004, p.37
- ^ Profiles of Ash Shuhadaa, SHEIKH ABDULLAH AZZAM, Ummah Forum, posted 07-04-2002, 02:44 AM
- ^ Peter L. Bergen, The Osama bin Laden I Know, New York: Free Press, 2006, p.97
- ^ Al-Sharq al-Awsat, London, October 6, 2001 (check for date of year)
- ^ see also Wright, Lawrence, Looming Tower: Al Qaeda and the Road to 9/11, by Lawrence Wright, NY, Knopf, 2006, p.130
- ^ The Age of Sacred Terror, by Daniel Benjamin and Steven Simon, Random House, c2002, p.104
- ^ Wright, Lawrence, Looming Tower: Al Qaeda and the Road to 9/11, by Lawrence Wright, NY, Knopf, 2006, p.143
- ^ The Iranian Intelligence Services and the War On Terror By Mahan Abedin
- ^ Statement of Magnus Ranstorp to the National Commission on Terrorist Attacks Upon the United States March 31, 2003
Jejak Ilmu: Dari UiTM Ke UIAM
Buat semua yang mengenali, doakan saya akan terus cekal dan tabah dalam melalui Jejak Ilmu di taman ini. Buat emak dan ayah, terima kasih kerana sudi berkorban untuk anakmu ini, hanya ALLAH sahaja yang dapat membalasnya. Cabaran menuntut ilmu itu takkan pernah sunyi, selagi denyut nadi belum berhenti. Apapun yang pasti, mudah-mudahan redha ALLAH, orang tua sentiasa mengiringi. Doakan saya berjaya melalui apa jua cabaran yang menanti, mudah-mudahan dapat digunakan di jalan ALLAH nanti, wassalam.
Friday, November 7, 2008
NARUMI, KAWAN BARU DAN KEBAYA BIRU....
Kami sempat berbual-bual sambil berjalan, langkahnya agak pantas berbanding saya meskipun dia tidak nampak apa-apa. Bila ditanya tinggal dimana, rupa-rupanya satu kawasan dengan saya di Taman Melati, bekerja di Ampang sebagai penulis skrip, saya rasa kagum dengan keistimewaan yang dimiliki beliau. Lulusan UiTM, Fakulti Seni Persembahan, Penulisan Layar, lulusan ijazah, berasal daripada Kelantan merupakan anak sulung daripada 4 adik beradik. Hidup berkelana sedari kecil lagi kerana kekurangan fizikal yang dimiliki kerana sekolah untuk mereka yang cacat penglihatan tidak banyak terdapat di Malaysia. Izah tinggal di asrama bersama mereka yang senasib dengannya.
Belajar di sekolah di Johor Bharu, rendah dan menengah kemudian menyambung belajar di UiTM, dia memperkenalkan dirinya sebagai Izah, namun saya sempat melihat borang yang tertera namanya Siti Huraizah. Hampir 6 bulan sudah bekerja sebagai penulis skrip. Ditanya tentang drama hasil tulisan beliau, agak malu-malu untuk memberitahu, namun katanya baru sahaja disiarkan minggu lepas bertajuk 'Kebaya Biru'. Sungguh menarik pengalaman hidup Izah. Kesungguhannya untuk belajar, kekuatan semangatnya biarpun terpaksa merantau sejak kecil, keyakinannya dalam meredah laluan orang ramai dengan hanya berbantukan tongkat menarik perhatian saya.
Bila ditanya bagaimana caranya beliau menaip skrip, adakah dengan sistem braille, kata Izah dia menggunakan komputer yang mempunyai perisian khas yang boleh mengesan kesalahan apabila tersilap menaip. Satu perkembangan yang baik untuk membantu mereka yang senasib dengan Izah.Sesungguhnya kekurangan yang dimiliki gadis ini langsung tidak membataskan kesungguhan beliau untuk mencapai matlamat hidup. Bahkan Izah satu-satunya penuntut dalam kursus beliau yang cacat penglihatan. Tambah menarik lagi tentang gadis ini, dia bertudung litup dengan baik meskipun dengan keadaannya itu malah pandai memasak pula (mungkin saya perlu berguru dengan beliau selepas ini, huhu..)
Namun dengan izin ALLAH beliau berjaya dengan azam yang kukuh untuk berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah malah mungkin lebih baik daripada orang normal disekelilingnya yang hanya tahu menjaga kepentingan diri sendiri, malah mungkin lebih teruk, mengambil kesempatan diatas titik peluh orang lain.Buat kenalan baru Narumi, Siti Huraizah, semoga ALLAH mempertemukan kita semula kerana sejenak mengenali Izah terasa banyak ilmu yang boleh diambil walaupun hanya berlangsung seketika cuma....wassalam.
Thursday, November 6, 2008
ISU ABBY DAN NORMAN HAKIM:APA PANDANGAN MUFTI PERLIS
2-3 hari yang lepas, saya sempat melihat berita TV9 yang mengisahkan isu Abby Abadi, mantan pelakon terkenal Gerak Khas yang diiringi oleh wartawan (biasa la, wartawan Malaysia kan nak jadi ala-ala paparazzi Hollywood juga..!) pergi berjumpa dengan suaminya untuk meminta supaya diceraikan. Biarpun dia beralasan sukar untuk berjumpa Norman sebelum ini kerana aktor itu jarang pulang ke rumah, namun cara dia meminta talak itu sangat menghampakan (malah maaf kalau saya katakan memalukan) maruah saya sebagai seorang perempuan. Biarpun saya masih lagi belum melangkah ke fasa perkahwinan, namun sedikit sebanyak ilmu yang pernah diajar oleh ustaz dan ustazah dahulu boleh dijadikan panduan dalam isu ini.
Abby dengan nada emosi meminta cerai dengan disaksikan oleh wartawan, saya dapat rasa kan perasaan kecewa beliau dengan kemelut rumahtangga yang melandanya. Tetapi adakah dengan cara begitu masalah tersebut bakal selesai dengan baik? Adakah Abby dan Norman Hakim sudah merujuk kepada kedua orangtua mereka? Berbincang masalah yang berlaku dan berusaha untuk menemui kaunseling. Saya cukup sedih dengan adegan yang ditayangkan dalam berita TV9 baru-baru ini. Biarapun saya tidak pasti yang mana betul yang mana salah, namun cara meminta cerai itu amat saya kesali.
Talak merupakan perkara halal yang paling dibenci ALLAH. Ertinya banyak urusan dan juga jalan penyelesaian yang dicadangkan dalam Islam sekiranya berlaku kemelut didalam rumahtangga. Pandangan orang tua antara hal yang perlu dipertimbangkan kerana mereka terlebih dahulu berpengalaman. Kadi merupakan antara mereka yang dirujuk untuk mendapatkan pandangan dan nasihat sebelum hal yang nekad dibuat, jika lebih bagus mungkin daripada pihak pejabat agama negeri sendiri. Saya kurang arif mengenai hal-hal tersebut, tetapi sebagai seorang umat Islam, keprihatinan terhadap isu-isu yang berlaku disekeliling kita perlu diambil cakna agar hal tersebut tidak menjadi ikut-ikutan atau fenomena biasa dimasa hadapan.
Saya tertarik untuk mendengar pandangan mufti Perlis, Dato' Dr. Asri Zainul Abidin, kerana biasanya beliau antara golongan ulamak yang terkehadapan dalam isu yang membabitkan umat Islam, antara berkisar tentang sahsiah artis. Masih saya ingat bagaimana laporan akhbar yang memnyebut tentang larangan daripada Dr Asri kepada Faizal Tahir, antara penyanyi tersohor mutakhir ini daripada mengadakan persembahan di negeri Perlis kerana masalah sikap beliau yang bertentangan dengan norma-norma timur.
Mungkin ada saranan yang baik daripada Dr. Asri untuk pasangan pelakon Gerak Khas ini. Manalah tahu dengan pandangan beliau yang keruh dapat dijernihkan yang retak boleh bercantum kembali. Bukan apa, beliau antara ulamak muda yang diberi peluang untuk menyatakan pandangan secara terbuka dalam ruangan akhbar. Jika ulamak pembangkang, mungkin akan dikata mencari publisiti pula. Terpulang kepada pengunjung blog saya bagaimana untuk menilai artikel ini. Namun jauh disudut hati, ada perkara yang perlu dibetulkan oleh mereka berdua. Artis juga manusia biasa, punya hati, punya perasaan, akal fikiran dan juga nafsu. Mereka juga hamba ALLAH yang perlu diberitahu apa yang betul apa yang salah, kerana masyarakat akhir zaman kini menginsprasikan mereka dalam banyak aspek kehidupan.
Semoga ALLAH memelihara kehidupan kita dalam rahmat dan redhaNYA jua, wallahu'alam.
DUNIA MENUNGGU GERAK LANGKAH OBAMA
Walaupun beliau juga mengisytiharkan sebelum ini akan terus menjadi rakan karib Israel, kita mendoakan semoga darah Islam yang mengalir dalam tubuhnya, walaupun beliau bukan Islam, akan dengan izin Allah swt mendorong beliau untuk membawa perubahan khasnya atas isu hubungan Amerika dengan dunia Islam.Saya percaya rakyat Amerika yang beragama Islam seramai hampir 3 juta itu rata-rata menyokong Obama dan turut meletakkan harapan pada beliau.Setidak-tidaknya menurut laporan pasaran saham dunia telah memberikan reaksi positif terhadap apa yang berlaku di Amerika hari ini, semoga ianya memberi reaksi positi f kepada ekonomi dunia yang sebelum ini kelihatan malap dan membimbangkan.Pada 4 November 2004 lalu, saya ada membuat posting di blog ini:
Sunday, November 2, 2008
MUHASABAH
"Kenapakah begitu susah untuk aku mengubah diri ini agar menjadi insan berguna pada mata Ilahi?
Kenapa begiru sukar diri ini untuk menerima segala kebenaran yang diajarkan padaku?
Begitu hitamkah hati ku ini?
Begitu menggunungkah dosa diri ini?
Layakkah aku untuk meminta ampunanMu ya Allah?
Masih adakah ruang untuk hidayahMu bertapak dalam ruangan hati hitam ini ya Allah?
Kenapa begitu susah diri ini untuk mengalirkan air mata apabila disebut nama yang Maha Esa…?
Kenapa begitu berat air mata ini untuk mengalir mendengar nama Rasulullah s.a.w?
kenapa begitu jauh diri ini jika dibanding dengan para pejuang Islam yg lain?
Aku jua muslim yang sama-sama ingin melihat kebangkitan Islam….
Aku jua muslim yang bersama-sama melawan arus jahiliyah..
Tapi diri ini tetap ku rasakan masih sungguh jauh untuk menghampiri gerbang syurga-Mu ya Allah……
Tapi aku tidak sanggup dengan siksaan api neraka-Mu...
Ya Allah……
Hinanya diri ku ini ya Allah…
Kotornya diri ku ini ya Allah…
Jijiknya diri ku ini ya Allah…
Berilah hidayah padaku ya Allah…
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat…
Pimpinlah aku dalam setiap detik perbuatanku…
Aku tidak sanggup jika Kau berpaling dari memandang diri ini…
Tidak sanggup ya Allah….
Segala-galanya aku berserah pada Mu…
Aku tidak apat membayangkan diriku tanpa pimpinan-Mu ya Allah…
Aku tidak sanggup menjadi sehina-hina manusia pada pandangan-Mu…
Astaghfirullahalazim…
Ampunilah aku dalam setiap kejahilan dan kelekaanku….
Hanya pada Engkau aku bergantung dan mengharap segala-galanya….
Air mata membasahi pipi….
Adakah ini air mata keinsafan???
Ini adalah air mata kehinaan yang melanda diri ini…
Diri ini sedih dengan apa yg telah hambaMu ini lakukan….
Aku ingin meminta sesuatu dari Mu..
Tapi aku sungguh malu padaMu ya Allah..
Aku teringat perjuangan Hassan Al-Banna..
Aku sangat mengagumi perjuangan beliau…
Aku mengagumi perjuangan Syed Qutub…
Tapi ya Allah…aku malu ya Allah untuk menyatakannya…
Masih layakkah diri ini menyebut nama Hassan Al-Banna? Nama syed Qutub?
Masih tersisakah pejuang sepertinya untuk diri ini….
Malunya aku ya Allah dengan permintaan ini...
Aku tidak layak memikirkan tentangnya..
Wanita seperti manakah yang Kau pilihkan untuk mereka…?
Wanita yang bagaimanakah yang telah Kau pilih untuk melahirkan mereka?
Semestinya seperti Zainab Al-Ghazali dan mereka yang seangkatan dengan beliau…
Aku ingin sekiranya boleh mendampingi orang-orang sekaliber mereka.
Seorang yang hidupnya semata-mata untuk Allah.
Mereka tak tergoda rayuan harta dan benda apalagi wanita.
Aku ingin sekiranya boleh menjadi seorang ibu bagi mujahid-mujahid seperti Hassan Al-Banna.
Masih tersisakah mujahid seperti Al-Banna untukku ya Allah…?
Layakkah diri ini untuk menjadi peniup semangatnya?
Aku sungguh malu menyatakannya ya Allah…
Sungguh hina diri ini…sungguh kotor diri ini…
Sungguh lemah diri ini untuk mujahid seperti mereka…
Air mata ini jika dialirkan hingga titisan terakhir,
namun ia masih tidak mencukupi untuk menyatakan rasa bersalah dengan dosa-dosa diri ini yang menggunung tinggi...
Ya Allah…..
Pimpinlah daku…
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat cuma
Aku tidak sanggup dibiarkan dlm lumpur dosa2 hina….
Ampunilah aku ya Allah….
Astaghfirullahalazim…
Astaghfirullahalazim…
Astaghfirullahalazim
copy paste artikel
BINGKISAN DARI HADRAMAUT
Dalam keadaan apa pun."SENANGKANLA |
Catatan Narumi : Ada Apa Dengan Kemaman?
Program kali ini saya lihat agak berprestij kerana diadakan di tengah-tengah bandar Chukai (lecturer saya panggil Texas, hehe) kerana kerajaan Negeri Terengganu (sudah tentu pimpinan Ahmad Said) membenarkan penggunaan Dewan Dato' Seri Amar Diraja. Cuma secara peribadi keadaan yang terkepung di tengah bandar tu agak kurang sesuai kerana kehadiran ahli yang ramai tambahan pula kemudahan tandas dan tempat solat yang agak terhad. Apapun syabas diucapkan kepada PAS Kemaman sebagai Tuan Rumah kali ini.
Meneliti Ucaptama Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang dalam ucapan perasmian beliau, banyak perkara yang perlu diteliti, difahami, dilaksanakan sebaik mungkin oleh pendokong perjuangan Islam di negeri Terengganu samada dari dalam atau luar negeri sekalipun. Amanat yang disampaikan berkisar tentang pelbagai aspek dari Tarbiah hinggalah kepada hal-hal semasa di dalam Terengganu dan juga di luar Terengganu.
Ucapan Perwakilan juga agak hangat walaupun suasana Dewan yang cukup selesa untuk semua malah kehadiran yang dianggarkan melebihi 5000 orang ke perhimpunan kali. Apapun segala-gala yang diluahkan samada dari peringkat bawahan hinggalah kepada Pimpinan adalah untuk dijadikan muhasabah untuk semua. Berakhir kira-kira jam 7 malam, saya berpesan kepada diri saya sendiri dan juga semua petugas Islam agar sama-sama terus IKHLAS, ISTIQAMAH, TAQWA dan 1001 lagi akhlak yang perlu dihayati dan diamalkan dalam meneruskan perjuangan di muka bumi Allah ini, wallahu'alam.